Kiri atau Kanan?

4:52 AM

'Haters' itu profesi. Kalau melihat sosok A melakukan hal yang baik, haters akan mencari-cari titik kesalahan dan kalau pun tidak ketemu kesalahannya, akan dibuat-buat kesalahannya.

Intinya, tidak akan memberi apresiasi kepada A. Intinya, tidak akan beralih profesi menjadi supporter. Intinya, teguh dengan tugasnya sebagai pembenci A.

Kalau melihat sosok A melakukan hal yang buruk, haters akan merasa menang dan senang. Karena itu akan membawa nama baik bagi profesinya sebagai haters. Karena bangga bahwa jalannya sebagai haters terbukti benar dan para kaum oposisi itu terbukti payah. Atau bahkan ada yang merasa berhasil karena telah menjatuhkan lawan dan membangkitkan kawan?

Sama halnya dengan 'supporters', hanya saja semua yang dilakukan A tak ada buruknya, walaupun sudah tercium bau bangkai darinya. Menutup mata seolah A adalah dewa.

Mari kita berkaca. Siapa kita? Haters? Supporters? Berdiri dimana kita? Di antara?

Kita kritisi A, kita caci maki dia karena kesalahannya, kita junjung tinggi kebencian di dada, kita semangat menyalahi.

Tapi sudahkah kita berterima kasih atas sedikit saja kebaikannya? Apakah bisa kita melihat sedikit saja kebaikannya? Apakah kita pernah dengan tanpa berat hati memujinya? Jika jawaban ketiganya adalah tidak, maka kita adalah haters. Kita tidak netral (walaupun memang kita tidak mungkin netral, tapi pada kasus ini kita tidak adil). Kita membenci dengan tujuan: menjatuhkan.

Kita puja-puja A. Kita banggakan A. Kita dukung kesalahannya. Kita semangati perbuatan buruknya. Lupa bahwa A bukanlah dewa. Atau sengaja menutup mata supaya dapet amplopnya?

Sepintar apapun kita, ketidak-netralan ini bisa membuat kita tampak bodoh. Kecuali kita memang tidak peduli mau terlihat pintar atau bodoh, ya lakukan saja. Toh itu profesi yang kita banggakan. Toh itu memberi kepuasan. Dan bahkan mungkin memberi 'pemasukan'?

Semuanya pilihan. Mau terlalu kiri, di antara, atau terlalu kanan, kita yang menentukan.

Ada satu istilah filosofi yang disebut dengan golden-mean oleh Aristoteles. Ia mempercayai bahwa sikap yang bijaksana itu: berada di antara. Tidak terlalu kanan, tidak juga terlalu kiri, alias tidak ekstrim. Bukan berarti tidak punya pendirian. Tapi, semua pilihan didasari dengan maksud yang baik. Pendiriannya adalah berbuat kebaikan, memberikan kebaikan, untuk maksud yang baik juga. Jika kanan berarti baik, maka sedikit ke kanan. Jika kiri yang baik, maka sedikit ke kiri.

Susah memang. Sangat susah untuk tidak ber'profesi' sebagai haters atau untuk tidak jadi supporters. Kita semua masih sama-sama belajar. Tapi setidaknya jika ada kemauan, maka ada jalan :)

#sharingiscaring

PS: sungguh tulisan ini bukan sekedar tentang politik.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe